5 Masa Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia (Artikel Lengkap)

Kehidupan awal masyarakat Indonesia adalah pada masa prasejarah/praaksara yang membentang dari periode Pleistosen hingga sekitar abad ke-4 Masehi ketika kerajaan Kutai mendirikan prasasti batu paling awal yang diketahui di Indonesia. Pembagian masa ini sesungguhnya cukup tidak jelas di Indonesia, tidak seperti di Eropa dan Timur Tengah. Hal ini sebagian besar karena kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan yang luas, sehingga setiap pulau berbeda periodenya. Ditambah lagi dengan sumber-sumber peninggalan pada masa praaksara lebih sedikit dibandingkan pada masa aksara. Berikut adalah pembagian masa kehidupan awal masyarakat Indonesia:

Kehidupan awal masyarakat Indonesia

Masyarakat di Pulau Nias tengah memindahkan sebuah megalit (circa 1915)


1. Paleolitikum

Homo erectus diketahui menggunakan alat-alat batu paleolitik sederhana dan alat-alat perang yang ditemukan di Sangiran dan Ngandong. Analisis bekas potongan fosil-fosil mamalia pleistosen mendokumentasikan 18 tanda luka yang ditimbulkan oleh alat-alat kerang tebal pada dua tulang babi yang dibuat selama pemotongan daging di Sangiran antara 1,6 dan 1,5 juta tahun yang lalu. Potongan-potongan ini mendokumentasikan penggunaan alat pertama di Sangiran dan bukti tertua penggunaan alat kerang di dunia.

2. Neolitikum

Alat-alat batu yang diasah dari budaya neolitik, seperti kapak batu yang diasah dan cangkul batu, dikembangkan oleh orang-orang Austronesia di kepulauan Indonesia. Selama periode neolitikum, struktur batu besar dari budaya megalitik berkembang di nusantara.

3. Megalitikum

Kepulauan Indonesia adalah rumah bagi budaya megalitik Austronesia baik dulu maupun sekarang. Beberapa situs dan struktur megalitikum juga ditemukan di Indonesia seperti menhir, dolmen, meja batu, arca batu leluhur, dan struktur piramida yang disebut punden berundak.

Punden berundak dan menhir dapat ditemukan di Pagguyangan Cisolok dan situs Gunung Padang, Jawa Barat. Pada situs megalitikum Cipari yang juga di Jawa Barat terdapat monolit, teras batu, dan sarkopagus. Punden berundak diyakini sebagai cikal bakal struktur candi Hindu-Buddha di Jawa setelah adopsi Hinduisme dan Buddhisme oleh penduduk setempat. Candi Borobudur pada abad ke-8 dan Candi Sukuh dari abad ke-15 menampilkan struktur piramida berundak.

Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah menyimpan peninggalan megalit kuno seperti arca batu leluhur. Sebagian besar terletak di lembah Bada, Besoa, dan Napu.

Kebudayaan megalitikum juga dapat ditemukan di pulau Nias, suku Batak di Sumatera Utara, pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, dan suku Toraja di Sulawesi Selatan. Budaya megalit ini tetap dilestarikan hingga akhir abad ke-19.

4. Zaman Perunggu

Kebudayaan Dong Son menyebar ke Indonesia dengan membawa teknik pengecoran perunggu, penanaman padi lahan basah, ritual pengorbanan kerbau, praktik megalitik, dan metode tenun ikat. Beberapa praktik ini tetap ada di beberapa daerah termasuk Batak di Sumatera, Toraja di Sulawesi, dan beberapa pulau di Nusa Tenggara. Artefak dari periode ini adalah nekara yang ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia dan kapak perunggu untuk upacara. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk mencetak peralatan dari perunggu yaitu a cire perdue dimana cetakan dibuat terlebih dahulu barulah dituang, dan bivalve yang menggunakan lilin sebagai cetakan.

5. Zaman Besi

Perkembangan teknologi di Indonesia diawali dengan kemampuan membuat peralatan dari besi yang lebih sempurna daripada perunggu. Peninggalan zaman besi sebagian besar berupa peralatan sehari-hari seperti mata sabit, mata pisau, cangkul, mata pedang, dll. Peninggalan tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Besuki, Bogor, dan Punung.

No comments:

Post a Comment