Pencemaran udara adalah kondisi ketika sejumlah zat berbahaya seperti gas, partikel, dan molekul biologis dimasukkan ke atmosfer bumi. Hal itu dapat menyebabkan penyakit, alergi, dan kematian pada manusia serta merusak organisme hidup lainnya seperti hewan dan tanaman pangan. Aktivitas manusia dan proses alamiah dapat menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara dalam ruangan dan kualitas udara perkotaan yang buruk menjadi dua masalah pencemaran beracun terburuk di dunia. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa polusi udara pada tahun 2012 menyebabkan kematian sekitar 7 juta orang di seluruh dunia. Berikut adalah berbagai dampak pencemaran udara bagi kesehatan manusia, pertanian, ekonomi, dan lainnya:
1. Kematian
Pada tahun 2014, WHO memperkirakan bahwa setiap tahun polusi udara menyebabkan kematian dini sekitar 7 juta orang di seluruh dunia. India memiliki tingkat kematian tertinggi karena polusi udara. India juga memiliki lebih banyak kematian akibat asma daripada negara lain menurut WHO. Pada bulan Desember 2013, polusi udara diperkirakan membunuh 500.000 orang di Tiongkok setiap tahun.
Kematian prematur tahunan di Eropa yang disebabkan oleh pencemaran udara diperkirakan mencapai 430.000. Penyebab utama dari kematian tersebut adalah nitrogen dioksida dan nitrogen oksida lainnya yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Pada tahun 2015, pemerintah Inggris mengungkapkan bahwa nitrogen dioksida bertanggung jawab atas 23.500 kematian dini di Inggris per tahun. Di Uni Eropa, pencemaran udara diperkirakan mengurangi harapan hidup sampai sembilan bulan. Penyebab kematian tersebut termasuk stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan infeksi paru-paru.
Pencemaran udara di luar ruangan kawasan urban menyebabkan 1,3 kematian di seluruh dunia per tahun. Anak-anak sangat berisiko karena ketidakmatangan sistem organ pernapasan mereka.
Knalpot diesel adalah penyumbang utama pencemaran udara. Mekanisme yang menghubungkan pencemaran udara dengan peningkatan mortalitas kardiovaskular tidak pasti. Ada juga korelasi positif antara kematian akibat pneumonia dan pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor.
2. Gangguan Pernapasan
Penelitian oleh Gehring, dkk (2010) telah menunjukkan peningkatan risiko asma dan penyakit paru-paru obstruktif kronis (COPD) akibat paparan polusi udara di jalanan. selain itu, polusi udara telah dikaitkan dengan peningkatan rawat inap dan kematian akibat asma dan COPD.
Sebuah penelitian dilakukan pada 1960-1961 setelah Great Smog tahun 1952 yang membandingkan 293 penduduk London dengan 477 penduduk Gloucester, Peterborough, dan Norwich, tiga kota dengan tingkat kematian rendah dari bronkitis kronis. Semua subjek adalah pengemudi truk pos pria berusia 40 hingga 59 tahun. Dibandingkan dengan tiga kota tersebut, subjek di London menunjukkan gejala gangguan pernapasan yang lebih berat (termasuk batuk dan lendir), penurunan fungsi paru-paru, dan peningkatan produksi dahak. Perbedaannya lebih jelas pada subjek berusia 50 hingga 59 tahun. Penelitian ini mengendalikan usia dan kebiasaan merokok, sehingga menyimpulkan bahwa polusi udara adalah penyebab paling utama dari perbedaan tersebut. Studi yang lebih baru menunjukkan bahwa paparan polusi udara dari lalu lintas mengurangi perkembangan fungsi paru-paru pada anak-anak. Fungsi paru-paru mungkin dapat terganggu oleh polusi udara bahkan pada konsentrasi rendah. Paparan polusi udara juga menyebabkan kanker paru-paru pada non perokok.
3. Penyakit Kardiovaskular
Sebuah review pada 2007 yang dilakukan oleh Chen dkk menemukan bahwa pencemaran udara meningkatkan risiko mortalitas dari kasus kardiovaskular, yakni kisaran 12% hingga 14% per peningkatan sebesar 10 microgram/m3. Pencemaran udara juga muncul sebagai faktor risiko stroke, terutama di negara-negara berkembang dengan tingkat pencemaran tertinggi. Polusi udara juga ditemukan berkaitan dengan peningkatan insiden dan kematian akibat stroke koroner dalam penelitian kohort yang dilakukan oleh Andersen dkk tahun 2011. Hubungan tersebut diyakini dimediasi oleh vasokonstriksi, peradangan tingkat rendah, dan aterosklerosis.
4. Menipisnya Lapisan Ozon
Lapisan ozon adalah lapisan stratosfer bumi yang menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet dari Matahari yang sangat berbahaya bagi kehidupan terutama kulit. Pada tahun 1976, penelitian mengungkapkan bahwa lapisan ozon dihabiskan oleh bahan kimia yang dikeluarkan oleh industri dan elektronik rumah tangga, terutama CFC. Akibatnya terdapat lubang ozon di sejumlah tempat. Kekhawatiran tersebut menyebabkan larangan terhadap CFC. Saat ini, bukti terbaru menunjukkan penipisan ozon melambat atau berhenti.
5. Meningkatkan Risiko Kanker
Paparan polusi udara sebesar PM2,5 meningkatkan risiko kematian akibat kanker paru-paru (kisaran 12% hinga 14% per peningkatan polutan sebesar 10 mikrogram/m3). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa hidup dekat keramaian lalu lintas tampaknya berkaitan dengan peningkatan risiko kematian akibat kanker paru-paru (Chen dkk, 2010). Penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat aktivitas yang tinggi meningkatkan fraksi deposisi partikel aerosol di paru-paru manusia dan disarankan menghindari kegiatan berat seperti berlari di ruang terbuka di daerah yang tercemar (Sabar dkk, 2012).
Pada tahun 2011, sebuah studi epidermologi Denmark menemukan adanya peningkatan risiko kanker paru-paru pada orang non-perokok yang tinggal di daerah dengan konsentrasi nitrogen oksida tinggi. Penelitian sama juga mencatat bukti kemungkinan hubungan antara polusi udara dan kanker lainnya, termasuk kanker serviks dan kanker otak.
Pada bulan Desember 2015, para ilmuwan medis melaporkan bahwa kanker adalah hasil dari faktor lingkungan, bukan karena nasib buruk. Faktor lingkungan tersebut termasuk pencemaran udara, aktivitas, makanan, intensitas merokok, dan minuman beralkohol.
6. Mengurangi Jarak Pandang
Pencemaran udara juga dapat mengurangi jarak pandang yang berbahaya bagi pengendara bermotor dan penerbangan. Pada tahun 2017, pencemaran udara di Beijing mencapai 186 mikrogram per meter kubik. Hal itu menyebabkan jarak pandang di kota tersebut kurang dari 50 meter. Pencemaran udara tersebut diakibatkan asap kendaraan bermotor dan industri.
7. Dampak Pada Sistem Saraf Pusat
Data yang dikumpulkan oleh Bos dkk (2014) menunjukkan bahwa paparan polusi udara juga mempengaruhi sistem saraf pusat. Dalam studi bulan Juni 2014 yang dilakukan oleh para peneliti di University of Rochester Medical Center yang diterbitkan dalam jurnal Enviromental Health Perspectives menemukan bahwa paparan terhadap polusi udara menyebabkan perubahan yang merusak otak yang sama seperti autisme dan skizofrenia. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa polusi udara juga mempengaruhi ingatan jangka pendek, kemampuan belajar, dan impulsivitas. Peneliti utama Profesor Deborah Cory-Slechta mengatakan bahwa, “ketika kami melihat sistem ventrikel otak dengan dekat, kami dapat melihat materi putih yang biasa mengelilinginya belum sepenuhnya berkembang. Tampaknya peradangan telah merusak sel-sel otak dan mencegah wilayah tersebut berkembang. Ventrikel hanya diperluas untuk mengisi ruang. Temuan kami menambah semakin banyak bukti bahwa polusi udara dapat berperan dalam autisme serta gangguan perkembangan saraf lainnya.” Polusi udara memiliki efek negatif yang lebih signifikan pada laki-laki daripada perempuan.
Pada tahun 2015, penelitian eksperimental melaporkan deteksi gangguan kognitif episodik yang signifikan dari pengotor udara dalam ruangan yang dihirup oleh subjek uji yang tidak diberitahu tentang perubahan kualitas udara. Para peneliti di Harvard University, SUNY Upstate Medical University, dan Syracuse University mengukur kinerja kognitif 24 peserta di tiga atmosfer laboratorium terkontrol berbeda yang mensimulasikan mereka di dalam bangunan “konvensional”, bangunan “hijau”, dan bangunan hijau dengan ventilasi yang ditingkatkan. Kinerja dievaluasi secara obyektif menggunakan alat simulasi perangkat lunak. Tingkat pengotor tertinggi yang dicapai tidak jarang ditemukan di ruang kelas atau lingkungan kantor.
8. Gangguan Pertumbuhan Anak
Tingkat pencemaran udara telah dikaitkan dengan kelahiran prematur dan berat bahan kelahiran yang rendah. Survei WHO seluruh dunia pada tahun 2014 tentang kesehatan ibu dan perinatal menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara berat lahir rendah dan peningkatan tingkat paparan PM 2,5. Wanita yang tinggal di daerah dengan tingkat PM 2,5 berpeluang lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan rendah bahkan ketika disesuaikan dengan variabel terkait dengan kondisi negara. Efeknya diduga berasal dari stimulasi peradangan dan peningkatan stres oksidatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reffiane dkk (2011) di kota Semarang menunjukkan bahwa pencemaran udara akibat timbal mengakibatkan kerusakan otak permanen pada anak yang mengganggu daya ingat, kemampuan belajar, dan kapasitas intelektual. Efek toksik timbal ditandai dengan anemia, kerusakan ginjal, kerusakan saraf, paralisis parsial otot tertentu, dan kerusakan otak.
9. Hujan Asam
Hujan asam adalah hujan yang berasal dari awan yang tercemar sehingga pH awal menjadi dibawah 7. Hujan asam dapat merusak bangunan, tumbuhan, dan menurunkan kualitas air.
10. Dampak Ekonomi
Menurut sebuah studi bersama oleh Bank Dunia dan Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) di University of Washington, pencemaran udara merugikan ekonomi dunia sebesar USD 5 triliun per tahun sebagai akibat dari kerugian produktivitas dan kualitas hidup yang menurun. Kerugian produktivitas ini disebabkan oleh kematian karena penyakit yang disebabkan oleh polusi udara. Satu dari sepuluh kematian pada tahun 2013 disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan polusi udara yang semakin parah. Masalah tersebut bahkan lebih akut di negara berkembang. Anak-anak di bawah usia 5 tahun di negara berpenghasilan rendah 60 kali lebih mungkin meninggal akibat paparan polusi udara dibandingkan anak-anak di negara-negara berpenghasilan tinggi. Laporan ini menyatakan bahwa kerugian ekonomi tambahan yang disebabkan oleh polusi udara seperti biaya kesehatan, dampak buruk pada pertanian, dan produktivitas lainnya tidak dihitung dalam laporan. Dengan demikian biaya aktual untuk ekonomi dunia jauh lebih tinggi dari USD 5 triliun.
11. Mengganggu Pertumbuhan Tanaman
Pada tahun 2014 di India dilaporkan bahwa pencemaran udara telah merusak hasil panen di daerah yang paling terkena dampak. Tanaman akan lebih rentan terserang penyakit nekrosis, bintik hitam, klorosis, dll.
12. Penyebab Utama Pemanasan Global
Pemanasan global disebabkan terutama oleh pencemaran udara oleh proses yang disebut “efek rumah kaca”. Efek rumah kaca adalah proses penyerapan radiasi inframerah oleh gas di atmosfer menghangatkan atmosfer. Aktivitas manusia sejak revolusi industri telah meningkatkan jumlah gas rumah kaca di atmosfer seperti karbon dioksida, metana, ozon, CFC, dan nitrogen oksida. Pembakaran bahan bakar fosil telah menghasilkan tiga perempat dari peningkatan kadar karbon dioksida selama 20 tahun terakhir.
No comments:
Post a Comment